Jakarta – Dalam rangka kesiapan menghadapi potensi Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla), Kepala BMKG Dwikorita Karnawati beserta jajaran menerima kunjungan dari Menteri Koordinator Bidang Polhukam (Menkopolhukam) Mahfud MD dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar di Kantor Pusat BMKG di Kemayoran, Jakarta pada Rabu, (25/01).
Menkopolhukam, Menteri LHK beserta perwakilan dari Kementerian/Lembaga terkait meninjau langsung ruang operasional Climate Early Warning System (CEWS) dan Meteorology Early Warning System (MEWS) di BMKG sebagai sistem monitoring & peringatan dini cuaca & iklim untuk pengendalian karhutla.
Memasuki akhir musim penghujan, potensi adanya kebakaran meningkat. Dwikorita mengingatkan pemerintah daerah agar waspada dan siap-siaga menghadapi karhutla yang berpotensi semakin tinggi saat memasuki musim kemarau yang diprakirakan akan dimulai pada bulan April-Mei mendatang.
“Pemerintah Daerah harus bersiap, masyarakat pun perlu diedukasi dan diberikan sosialisasi agar juga melakukan pencegahan dan antisipasi dengan tidak melakukan pembakaran secara sembarangan,” ungkap Dwikorita disaat kunjungan Menkopolhukam dan Menteri KLHK di ruang monitoring Climate Early Warning BMKG yang melakukan monitoring iklim dalam menghadapi Karhutla, Rabu (25/1/2023).
Dwikorita menjelaskan, kebakaran hutan dan lahan berpotensi terjadi dikarenakan penurunan curah hujan selama 3 tahun terakhir pada tahun 2020, 2021 dan 2022 akibat La Nina. Kondisi ini dikhawatirkan dapat meningkatkan potensi Karhutla seperti pada tahun 2019.
“Musim kemarau tersebut, sesuai dengan prediksi yang pernah disampaikan BMKG pada bulan Oktober tahun 2022 lalu dimana diprediksikan kondisi La Nina akan semakin melemah dan transisi menuju kondisi netral,” tutur Dwikorita.
Oleh karena itu, BMKG bersama BNPB, BPBD, TNI/Polri, Badan Restorasi Gambut dan Mangrove, Pemprov dan Pemkab setempat akan terus berkomunikasi dalam menyiapkan rencana teknologi modifikasi cuaca (TMC).