Jakarta – Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG menyelenggarakan seminar dengan bahasan Lessons Learned from Past Disasters on Earthquake and Tsunami Analysis and Warning Dissemination pada 11 Mei 2023. Seminar dilaksanakan sebagai bentuk penguatan sistem peringatan dini tsunami untuk kejadian gempa Non-Tektonik.
Kegiatan ini dubuka oleh Deputi Bidang Geofisika BMKG, Dr. Suko Prayitno Adi. Dalam sambutan pembukaaannya, Suko menyatakan bahwa seminar ini merupakan suatu bentuk kerja sama yang dilakukan oleh BMKG dengan Japan International Cooperation Agency (JICA). “Acara seminar ini merupakan acara yang pertama kali diadakan dalam rangka kerjasama antara BMKG dengan JICA. Kerjasama ini merupakan langkah untuk mensinergikan pengetahuan dari pakar gempa bumi dan tsunami yang ada di Jepang untuk perkembangan Indonesia Tsunami Early Warning System di BMKG,” ujar Suko.
Rangkaian seminar terdiri dari dua sesi. Sesi pertama dihadiri oleh beberapa pembicara, yaitu Prof. Tanioka Yuichiro (Hokkaido University), Prof. Arikawa Taro (Chuo University), Dr. Dimas Salomo (STMKG), dan Dr. Yudhicara, M.Si (PVMBG). Pembahasan sesi pertama mendiskusikan tentang prosedur peringatan tsunami untuk kejadian gempa Non-Tektonik.
Para narasumber pada sesi pertama seminar mengidentifikasi peristiwa tsunami yang terjadi di Tonga, Anak Krakatau, dan Palu. Hal ini dilakukan sebagai bentuk untuk memahami mekanisme dan pola tsunami yang terjadi di Indonesia, serta untuk mempelajari strategi yang perlu dilakukan dalam memitigasi bencana tsunami Non-Tektonik yang sangat sulit untuk diprediksi dengan cepat.
Kemudian, sesi kedua diisi oleh Dinda Ayu dari Stasiun Geofisika Kota Tangerang dan Presley Tampubolon dari BPBD Kota Palu yang membagikan pengalamannya dalam menyebarkan informasi peringatan dini gempa bumi dan tsunami Selat Sunda serta Palu pada tahun 2018. Sesi ini diharapkan dapat dijadikan pembelajaran mengenai langkah apa yang harus dilakukan dalam menyebarkan informasi peringatan dini gempa bumi dan tsunami kepada masyarakat.
Kegiatan seminar ini merupakan suatu bentuk upaya pengurangan risiko bencana, mengingat bagaimana bahaya yang diakibatkan oleh bencana gempa bumi dan tsunami. Oleh karena itu, BMKG melibatkan para pakar gempa bumi dan tsunami untuk mensinergikan dan mensinkronkan aktivitas pemantauan, pengukuran, pengolahan, dan analisis demi membangun kesiapsiagaan terhadap bencana.